Berbicara mengenai keuangan merupakan hal yang krusial di setiap lini kehidupan. Keuangan identik dengan harta yang diperoleh sehingga sudah selayaknya dapat dimanfaatkan dengan baik. Dalam Al-Qur’an Surah Al-Furqan ayat 67 telah dijelaskan bahwa dalam membelanjakan harta tidak boleh berlebihan dan juga tidak pula kikir, artinya segala sesuatu yang dikeluarkan haruslah seimbang. Selaras dengan keseimbangan tersebut, Islam memberikan pengertian yang kompleks dimana yang terpenting dalam keuangan adalah keberkahan. Arti kata Berkah ialah ziyadatul khayr, yang berarti tumbuh, berkembang atau bertambah. Arti kata bertambah yang dimaksud yakni bertambah ketaatan kepada Allah SWT dan bertambah kebermanfaatan kepada manusia. Sehingga berkah finansial tersebut dapat diartikan sebagai aktivitas keuangan yang didasarkan pada aturan syariah sebagai sarana untuk mendekatkan dan taat kepada Allah sehingga membawa ketenangan hati dan kebahagian hidup di dunia dan di akhirat. Dalam mencapai keberkahan tersebut ada tiga konsep dalam meraihnya seperti yang disampaikan oleh Ustadz Hilman Fauzi, yaitu dari cara mendapatkan, cara membelanjakan hingga cara mengelolanya.
Sebelum membahas lebih lanjut mengenai cara meraih keberkahan finansial, ada beberapa ciri-ciri yang dapat menandai rezeki yang tidak berkah yang didapat, yaitu dimana sebagai manusia tentunya pernah merasakan hidup yang berat, seakan penghasilan yang didapat tidak berarti, solusi dari masalah hadir seakan datang terlambat hingga membuat hati merasa tidak kuat atau sebaliknya, hidup dalam kesenangan dan kebahagiaan namun hati terasa tidak tenang.
Selanjutnya, dalam meraih keberkahan yang berkaitan dengan cara mendapatkannya dapat dilakukan melalui tiga cara. Pertama, memperbaiki niat. Segala sesautu yang dikerjakan berlandaskan lillah, fillah, dan billah seperti yang telah dijelaskan dalam Q.S Al-Qashshash ayat 77. Kedua, memaksimalkan ikhtiar, dalam ikhtiar untuk memperoleh apapun termasuk rezeki kita dituntut untuk melakukan sesuatu dengan profesional yang dinamakan ikhtiar bumi. Dengan mengamalkan sifat Rasulullah yaitu shiddiq (jujur), amanah (dapat dipercaya), fathonah (cerdas), dan tabligh (menyampaikan) maka profesionalisme dalam bekerja dapat dicapai. Selain itu, ada satu hal yang tidak boleh terlewat yaitu ikhtiar langit melalui berdo’a dengan khusyu’, karena dengan mengingat Allah, Allah akan mempermudah urusan kita, seperti yang telah dijelaskan dalam Q.S Al Jumu’ah ayat 10. Ketiga, segala sesuatu yang diperoleh harus berorientasi pada halal dan thayyib dalam Q.S Al Baqarah ayat 16, dimana halal merupakan segala sesuatu yang diperbolehkan menurut Islam dan thayyib merupakan segala sesautu yang membawa kemaslahatan atau kebaikan bagi diri sendiri maupun makhluk lain. Selanjutnya yang berkaitan dengan cara membelanjakannya, pertama yang harus dilakukan menjadikan Allah sebagai prioritas, artinya sisihkan harta untuk instrumen ZISWAF (Zakat, Infaq, Shadaqah, Wakaf); kedua, mengutamakan kebutuhan dibandingkan keinginan; ketiga, bersikap seimbang, artinya tidak berlebihan dan tidak pula kikir. Yang terakhir, berkaitan dengan cara mengelolanya melalui instrumen-instrumen keuangan yang sesuai dengan prinsip Islam. Ketika kita telah melakukan ketiga konsep cara meraih berkah tersebut, maka yang dapat dilakukan selanjutnya ialah memperbanyak bersyukur. Karena dengan bersyukur sekecil apapun rezeki yang kita dapat pasti cukup untuk hidup. Sebaliknya, sebesar apapun rezeki kita tidak akan pernah cukup untuk memenuhi gaya hidup. Karena hidup bukan hanya untuk memenuhi gaya hidup dan gensi semata, namun tentang meraih seberapa besar berkah yang didapat. Karena keberkahan adalah kunci mendapatkan ketenangan hati dan kebahagiaan hidup di dunia dan di akhirat.
Saat ini, generasi milenial menghadapi serangkaian tantangan yang meliputi penghasilan yang terbatas dan meningkatnya biaya hidup. Generasi milenial akan dihadapkan pada keputusan menentukan need and wants. Dalam hierarki maslow mengenai kebutuhan disebutkan bahwa ada 5 tingkatan diantaranya ialah kebutuhan psikologis, rasa aman, kasih sayang, penghargaan, dan aktualisasi diri. Sedangkan, dalam Islam, konsep hierarki kebutuhan dari Maqashid As-Syariah yang berlandaskan agama, jiwa, akal, keturunan, harta terbagi atas tiga tingkatan yaitu dharuriyat, hajiyat, tahsiniyat. Sehingga, sebagai generasi milenial harus cerdas dan bijak dalam mengatur keuangan dan membedakan antara needs dan wants sehingga hidup akan sejahtera. Hal ini selaras dengan cara mengelola keuangan (manajemen finansial). Dalam pengaturan keuangan tersebut, ada beberapa tahap yang dapat dilakukan, antara lain: menyusun rencana keuangan, menghapus utang, menyiapkan dana darurat terlebih di masa pandemi yang membutuhkan dan darurat 12 kali lebih banyak, memulai berinvestasi melalui instrumen-instrumen keuangan syariah, membangun aset aktif, menerima penghasilan pasif, tetap sejahtera.
Menurut data OJK tahun 2013 mengenai tingkat pengetahuan finansial menyebutkan bahwa hanya sekitar 21,8% melek finansial dibandingkan dengan negara lain seperti Filipina (27%), Malaysia (66%), Thailand (73%), dan Singapura (98%), artinya Indonesia memiliki siswa yang melek finansial paling rendah di antara negara-negara Asia Tenggara. Namun pada tahun 2019 tingkat literasi keuangan nasional mencapi 38,03%. Dengan berbagai program penggalakan literasi keuangan, seperti kegiatan yang dilaksanakan oleh Bank Indonesia melalui ISEF ke 7 yang dilaksanakan secara virtual serta kecanggihan teknologi yang memudahkan dalam manajemen finansial dapat membantu dalam meningkatkan presepsi kemudahan manajemen finansial dan mendorong milenial untuk lebih bijak dalam pengaturan keuangan. Dalam pengaturan keuangan berfokus pada tujuan keuangan syariah dalam pemenuhan rumah tinggal, sarana ibadah, dana pendidikan anak, dana hidup masa depan, dana darurat, dan dana usaha sosial.dalam mencapai tujuan tersebut diperlukan pengaturan anggaran melalui presentase atau nominal dalam penentuan budget untuk mengalokasikan penghasilan dengan tepat.
Sebagai generasi muda yang bijak tidak perlu membandingkan rezeki yang di dapat dengan rezeki orang lain seperti kata pepatah seakan rumput tetangga lebih hijau karena Allah SWT. telah mengatur rezeki setiap makhluknya. Oleh karena itu, sebagai generasi milenial tentunya harus mampu dalam manajemen finansial. Finansial berkaitan dengan cara memperoleh, cara membelanjakan, dan cara mengelolanya. Generasi yang sejahtera melalui berkah finansial tersebut. Mengutip pernyataan Ustadz Hanan Attaki, Keberkahan is about financial planning of financial goals. Keberkahan dapat diraih dengan ikhtiar, do’a dan tawakkal, serta syukur.
Penulis:
Riska Delta Rahayu (UIN Sunan Ampel Surabaya)
Sumber Referensi:
- Talkshow ISEF “Ayo Hijrah! Menggapai Berkah dalam Pengaturan Keuangan” bersama Ust. Hilman Fauzi dan Pritta Ghozie, pada tanggal 25 September 2020.
- Talkshow ISEF “Gak Cuma Nambah Harta Bisa Juga Nambah Pahala” bersama Ust. Hanan Attaki, pada tanggal 15 Agustus 2020.
- Data Otoritas Jasa Keuangan 2013 dan 2019.