Dalam rangka memperoleh masukan dan rekomendasi stakeholder nasional/internasional terkait tingkat literasi masyarakat terhadap ekonomi syariah, serta untuk merumuskan framework, definisi dan indikator inklusi ekonomi syariah, Bank Indonesia melaksanakan Focus Group Discussion (FGD) Literasi dan Inklusi Ekonomi Syariah (24/5).
Dalam sambutannya, Direktur Departemen Ekonomi dan Keuangan Syariah Bank Indonesia Prijono mengatakan, melalui kegiatan ini akan didiskusikan mengenai framework inklusi ekonomi syariah termasuk indikator-indikatornya, sehingga dapat menjadi masukan dalam pelaksanaan survei nasional literasi ekonomi syariah yang akan dilaksanakan di pertengahan tahun 2022 nanti.
Selain itu, diharapkan kegiatan ini dapat memberikan gambaran terkini kondisi literasi masyarakat terhadap ekonomi dan keuangan syariah, baik dari lingkup nasional maupun global.
Adapun perumusan definsi dan indikator inklusi ekonomi syariah dipandang perlu dilakukan. Nantinya tingkat literasi maupun inklusi ekonomi syariah dapat menjadi salah satu pengukuran pencapaian yang relevan dari program pengembangan ekonomi syariah nasional.
Sementara itu, informasi serta gambaran mengenai tingkat pemahaman masyarakat terhadap prinsip dan nilai-nilai ekonomi syariah, serta kondisi akses masyarakat terhadap ekonomi dan keuangan syariah juga dinilai penting. Terutama sebagai dasar merumuskan kebijakan dan program yang tepat guna mendukung pengembangan ekonomi dan keuangan syariah nasional.
Kegiatan yang digawangi oleh Kelompok Edukasi dan Sosialisasi Departemen Ekonomi dan Keuangan Syariah BI ini dihadiri oleh sejumlah narasumber dan peserta dari berbagai instansi. Diantaranya; Asisten Deputi Keuangan Inklusif dan Keuangan Syariah Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, Erdiriyo; Deputi Direktur Direktorat Literasi dan Inklusi Keuangan Otoritas Jasa Keuangan (OJK), Yulianta; Senior Research Economist Islamic Development Bank (IsDB) Institute, Dr. Hylmun Izhar.
Selain itu, turut hadir para akademisi dari beberapa perguruan tinggi seperti; Prof Raditya Sukmana dari Universitas Airlangga, Dr. Rahmatina Awaliah Kasri dari Universitas Indonesia, dan Dr. Budi Suharjo dari Institut Pertanian Bogor.