Perubahan iklim telah memberikan dampak nyata yang dirasakan sebagian besar penduduk dunia. Peningkatan aktivitas manusia yang diikuti peningkatan penggunaan karbon dan emisi gas rumah kaca lainnya, disinyalir menjadi penyebab paling signifikan dari menguatnya fenomena ini. Para peneliti mengestimasi temperatur dunia akan naik hingga 4oC pada akhir abad 21 jika tidak dilakukan aksi-aksi pembatasan emisi secara kolektif dan masif. Menanggapi hal tersebut, pada tahun 2015, lebih dari 196 negara menandatangi Paris Agreement yang merupakan perjanjian yang memberikan global framework dalam melawan perubahan iklim. (IFSR, 2016)
Kesadaran penduduk dunia terhadap dampak perubahan iklim semakin meningkat seiring banyaknya forum-forum strategis global yang memasukkan isu tersebut ke dalam agenda prioritasnya. Negara-negara dengan mayoritas Islam pun turut andil dalam mengawal isu perubahan iklim. Negara timur tengah sendiri menunjukkan komitmennya dengan menandatangi deklarasi melawan perubahan iklim pada tahun 2015 di Turki. Perjanjian tersebut mengilhami berbagai negara mayoritas Islam lain untuk menunjukkan komitmen serupa.
Pada penyelenggaraan Climate Change Conference COP22 Maroko 2016, diperkenalkan berbagai gerakan dari negara mayoritas muslim untuk mendukung isu perubahan iklim. Salah satunya ialah gerakan Green Mosque atau Masjid Hijau (Mukhtar, 2021). Bukan menyoal warna bangunan masjid, tetapi gerakan Masjid Hijau merupakan usaha menjadikan masjid sebagai bangunan rendah emisi dan ramah energi. Gerakan ini juga diharapkan mendorong kesadaran masyarakat terkait pentingnya isu perubahan iklim di lingkungan dalam lingkup terkecil.
Masjid Hijau di Maroko menerapkan konsep ramah energi dengan implementasi panel surya dan LED rendah energi sebagai sumber pencahayaan. Maroko sendiri mengklaim memiliki 500.000 masjid yang tersebar di seluruh negeri dan hingga 2016 telah menjadikan 890 masjid diantaranya sebagai Masjid Hijau. Angka tersebut terbilang rendah jika dibandingkan dengan total masjid yang ada, tetapi hal tersebut merupakan pencapaian yang cukup baik jika melihat berbagai efek multiplier yang terjadi. Beberapa tahun selanjutnya, tahun 2018, telah terdapat 500 masjid yang menggunakan panel surya di Yordania dan muncul klaim masjid ramah lingkungan dari wilayah lain, termasuk Eropa dan negara-negara Asia Tenggara seperti Indonesia. (Mukhtar, 2021)
Pada Januari 2019, diresmikan Masjid Hijau pertama di Eropa yaitu Cambridge Central Mosque, yang mengklaim sebagai masjid nol emisi karbon. Masjid ini menggunakan sistem pendingin ruangan alami dan mekanisme daur ulang air yang efisien. Selain itu, sebagian besar ornamen masjid berasal dari bahan ramah lingkungan seperti kayu dan rotan (Ozhisar, 2021). Terbaru pada September 2021, Dubai Electricity and Water Authority (DEWA) meresmikan Masjid Hatta yang disebutkan sebagai masjid ramah lingkungan pertama di dunia yang tersertifikasi peringkat platinum untuk bangunan hijau oleh Leadership for Energy and Environmental Design (LEED v4) dari US Green Buildings Council (USGBC) (Fatima, 2021).
Di Indonesia sendiri, perkembangan Masjid Hijau sudah berkembang dalam beberapa tahun terakhir. Salah satu komunitas yang cukup konsisten ialah komunitas Eco-Masjid yang dikembangkan oleh MUI bekerjasama dengan Dewan Masjid Indonesia (DMI). Sampai saat ini, komunitas Eco Masjid sudah memiliki 206 masjid yang terdaftar dalam program tersebut. Program-program yang difasilitasi oleh Eco-Masjid antara lain pembuatan tungku bakar sampah tanpa asap, panel surya, dan instalasi pengolahan air hujan (Hidayat, 2018).
Selain Eco-Masjid, terdapat pula pengembangan Masjid Hijau yang diinisiasi oleh organisasi masyarakat, salah satunya Masjid At-Tanwir yang diinisiasi oleh organisasi Muhammadiyah. Masjid At-Tanwir menggunakan sistem panel surya untuk kebutuhan listrik dan memaksimalkan cahaya alami sebagai pencahayaan siang hari. Selain itu, sistem daur ulang air dan manajemen suhu dalam gedung diklaim sudah memenuhi standar Jakarta Green Building, sebuah acuan resmi dari pemerintah Jakarta dalam membangun bangunan hijau.
Dengan melihat perkembangan Gerakan Masjid Hijau di berbagai belahan dunia yang semakin baik, tentu memberikan harapan bahwa pelan tapi pasti kesadaran terkait perubahan iklim semakin meningkat. Gerakan Masjid Hijau sendiri merupakan program yang cukup strategis untuk mendukung target Net-Zero emisi karbon pada 2060-2080. Hal ini dapat dilihat dari Jumlah masjid yang diperkirakan mencapai 3,6 juta tersebar di berbagai penjuru dunia berdasarkan konferensi World Culture di Arab Saudi (2021). Sebagai perbandingan, sebuah studi yang dilakukan oleh greenpeace (2021) menunjukkan simulasi manfaat yang dihasilkan jika 10 masjid terbesar di dunia menggunakan panel surya. Hasilnya cukup signifikan, energi sebesar 22,3 GWh/yr diproduksi dan mengurangi 12.025 TCO2/yr yang setara dengan tidak menggunakan 5.166.844 liter bahan bakar minyak.
Dalam hal mewujudkan cita-cita melawan perubahan iklim, perlu dilakukan berbagai usaha-usaha secara kolektif oleh seluruh lapisan masyarakat. Kehadiran masjid yang secara inklusif tersebar merata di berbagai pelosok, menjadikan Gerakan Masjid Hijau memiliki potensi peran yang besar dalam meningkatkan kesadaran masyarakat. Gerakan Masjid Hijau diharapkan dapat terus berkembang bukan hanya dalam jumlah, tetapi juga kualitas pengelolaan masjid. Sehingga masjid dapat benar-benar menjadi pusat kegiatan masyarakat, termasuk dalam hal inisiasi melawan perubahan iklim.*
Referensi:
Institute for Essential Services Reform. (2016). Paris Agreement dan Implikasinya terhadap INDC Indonesia. Diakses pada 18 Maret 2022, dari https://iesr.or.id/paris-agreement-dan-implikasinya-terhadap-indc-indonesia
Ozhisar, H. (2021). The UK’s First Green Mosque “The Cambridge Mosque”. Diakses pada 18 Maret 2022, dari https://worldarchitecture.org/architecture-news/evhmv/the-uk-s-first-green-mosque-the-cambridge-mosque-.html
Fatima, S. (2021). World’s first green mosque opens in Dubai. Diakses pada 18 Maret 2022, dari https://www.climateaction.org/news/worlds_first_green_mosque_opens_in_dubai
Hidayat, Eka. (2018). Eco Masjid: The First Milestoneos Sustainable Mosque in Indonesia. Journal of Islamic Architecture.
Greenpeace. (2021). Green Mosques Initiatives: Empowering Community-Led Sustainable Solutions. Diakses pada 18 Maret 2022, dari https://www.greenpeace.org/static/planet4-mena-stateless/2021/12/959a1d59-green-mosques-report.pdf
Syifa. (2021). 108 Tahun, Muhammadiyah Akhirnya miliki Masjid At Tanwir. Diakses pada 18 Maret 2022, dari https://muhammadiyah.or.id/masjid-at-tanwir/