Motif Pinto Aceh terinspirasi dari salah satu motif perhiasan tradisional Aceh. Motif ini diciptakan pada tahun 1935 oleh seorang pengrajin emas yaitu Mahmud Ibrahim (Utoh Mud). Pinto yang diciptakannya kala itu berbentuk ramping dengan jeruji yang dihiasi motif bunga dan setiap ujungnya ada gulungan atau rumbai. Design yang diciptakannya tersebut terinspirasi dari peninggalan sejarah Kerajaan Aceh peninggalan Sultan Iskandar Muda yaitu Pinto Khop. Konon dulunya sebagai pintu istana bagian belakang khusus untuk permaisuri dan dayang menuju tepian sungai untuk mandi, saat ini taman tersebut diberi nama Taman Putroe Phang. Pada tahun 2015 Pinto Aceh dinobatkan menjadi salah satu dari lima warisan budaya Indonesia benda yang berasal dari Aceh.

Motif Jeumpa terinspirasi dari bunga Jeumpa (Cempaka) merupakan bunga kebanggaan masyarakat Aceh yang beraroma khas dan harum melekat dalam ingatan masyarakat Aceh. Jeumpa dijadikan bagian dari tradisi upacara adat, hiasan kepala pengantin wanita dan motif ukiran pada bangunan. Secara filosofis, Jeumpa menjelma dalam kehidupan untuk mengharumkan akhlak Ureung Aceh (Orang Aceh) agar menjadi figur seseorang yang pantas dikenang.

Outer Dame dengan motif Pinto Aceh merupakan produk senaleen dengan bahan yang ramah lingkungan, dilengkapi dengan warna yang cukup awet dan tidak mudah luntur.

Motif ukir Bungong Aceh terinspirasi dari nilai islam dan lingkungan alam salah satunya motif flora (bunga) dan dedaunan. Motif bunga menjadi favorit kecintaan masyarakat Aceh diantaranya motif bungong Seulanga, bungong Kupula, bungong Jeumpa dan lainnya yang terukir indah baik pada rumah, mesjid dan bangunan lainnya.